Senin, 22 Juli 2019

Indonesia baik-baik saja


Banyak yg berharap setelah pilpres usai huru-hara keributan benar-benar berakhir.
Nyatanya tidak!!


Kubu yg di tuding konservatif masih melakukan serangan secara masif kepada kubu yg di cap liberal, begitu pula sebaliknya.
Satu kesalahan di buat oleh pihak kubu berlawanan akan di jadikan bahan ejekan berhari-hari.
Yg kalah tak berbesar hati mengakui
Yg menang tinggi hati mengejek tiada henti

Ngeri sekali potret negri ini di bawah wadah bernama sosial media
Dan nyaris seperti mustahil untuk berkata Indonesia baik-baik saja
Maka tak berlebihan jika ada yg menafsirkan konflik timur tengah akan berpindah ke negara kita
Amit-amit!

Dua kubu pro pemerintah dan yg kontra sama-sama kolot
Untuk bersekutu menemui jalan damai terlihat alot
Bahkan isu makar sempat berkembang dan terjadi kericuhan di ibukota oleh pihak yg di informasikan sebagai kubu paling ngotot

ideologi politik khususnya dari cerminan sosial media memang sangat memprihatinkan
Lantas bagaimana suasana real life sekarang?
Tentunya beda daerah, beda usia, beda sosial budaya mempunyai hasil yg berbeda pula
Ada yg tidak terpengaruh oleh isu panas taktik politik praktis, namun tak sedikit yg di doktrin untuk masuk ke dalam bias yg menimbulkan isu menjengkelkan, salah satunya perilaku rasis
Apakah orang-orang baik habis?
Tidak!
Keluarga saya, teman-teman saya adalah orang baik
Kami berbeda pandangan saat menjelang pesta demokrasi, tak lantas selisih paham berlarut saat gelaran pilpres habis.
Dan saya memang harus bersukur karena lahir dan bertumbuh kembang di sekitar lingkungan orba (orang baik) hehe.

Di luar konteks ideologi politik ada cerita menarik yg menebalkan optimse saya. bahwasanya orang-orang baik masih banyak terdapat di sekitar kita.

Kemarin, tepatnya tanggal 20 juli 2019
Karena ada suatu acara sore itu saya pulang kerja lebih awal dari biasanya
Siap-siap mandi, ganti baju dan lain hal adalah niat awal.
Namun begitu sampe depan rumah beberapa kerabat tengah berkumpul, akhirnya saya juga ikut nimbrung.
Ketika tengah asik bercengkrama, salah seorang sodara (bulek saya dan suaminya) yg kebetulan rumahnya ada di sekitar rumah saya pulang dari berbelanja.
Dengan wajah kebingungan ia bertanya kepada suaminya dimana ia meletakkan hapenya, ciri khas orang tegang karna kehilangan barang.
Selidik dan telisik ternyata di saku maupun tas hape yg di maksud tak di temukan.
Maka kami semua yg ada di situ menarik kesimpulan bahwa hapenya jatuh di tengah perjalanan.
Om saya (suaminya) lantas bergegas kembali ke jalur yg barusan di lewati, menyisir ke berbagai sudut kemungkinan hapenya dapat di temukan kembali.
Sekitar 15 menit kemudian beliau kembali
Dengan kabar nihil.
Upaya miscall telah di lakukan, kondisi hape masih aktif namun tak kunjung ada yg mengangkat, menciptakan spekulasi  kemungkinan hape belum di temukan oleh orang lain.

Di dalam kondisi setengah putus asa saya mencoba peruntungan dengan memanggil nomer tujuan, yg tanpa di sangka hasilnya berbeda dari awal-awal percobaan.
Suara pria paruh baya mengangkat dari sebrang jaringan.
Langsung memasuki on point tujuan, saya mengatakan bahwa hape yg beliau temukan adl milik kerabat saya, yg kurang lebih setengah jam yg lalu di nyatakan hilang.
Alhamdulillah si pengangkat telpon bilang kepada saya untuk datang dan mengambil ke tempat ia bekerja (berjualan)
Saya hafal benar tempat tersebut, karena kebetulan saya beberapa kali membeli dagangannya, yg mana saya juga kenal baik dengan salah satu kariyawan cewenya yg merupakann teman lama saya.
Dan Alhamdulillah dalam waktu yg singkat upaya penghargaan terimakasih saya berikan kepada abang-abang yg menemukan hape bulek saya, dengan imbalan yg bisa di katakan tidak imbang dengan data-data penting yg ada di dalamnya.
Si abang ini tidak keberatan dan berterima kasih pula atas imbalan yg saya berikan.
Kemudian hape saya bawa pulang menjemput raut wajah bulek saya yg terlihat sangat senang karena hapenya yg nyaris hilang berhasil di temukan.

Walaupun acara saya jadi berantakan (telat) tp yg penting saya bisa membantu orang-orang yg butuh bantuan, terlebih bonus bertemu abang si penemu hape, beliau adalah sebenar-benarnya minoritas di negara dimana kejujuran adalah barang langka dan di bandrol mahal.

Di tengah krisis optimisme kejadian kemarin datang :))
di tengah kemunafikan tipu daya licik dari para elit politik yg makin hari makin menggelitik, saya yakin masih banyak orang baik.

maafkan bilamana tak ada canda yg biasanya kerap saya sisipkan
Ini menandakan bahwa warna-warni rasa kehidupan adalah kenyataan
sebagai bukti bahwa saya memiliki perasaan.


DATANG PAS BUTUHNYA DOANG

Sedikit meluapkan tentang apa yg sudah lama saya resahkan. Menyoal relasi antara manusia dengan manusia Tentang realitas yang banyak terj...