Happy new year
Kemana acara tahun baru kemarin?
pantai? gunung? ke mall? ke pusat kota menyaksikan kemeriahan kembang api? berkumpul dengan teman-teman menyeduh kopi? bakaran ayam yg sudah tak banyak peminatnya lagi? mungkinkah hanya membusuk di dalam kamar yg di banggakan sebagai tempat paling nyaman di dunia ini? atau justru sibuk dengan urusan kerja atau duniawi?
Dari sekian banyak pilihan untuk menikmati malam pergantian tahun, pasti selalu ada orang yg sok bijak yg mengatakan bahwa perayaan tahun baru nggak ada faedahnya.
mari kita bedah alibi receh mereka yg sok suci itu hahaha
Siapa yg bilang demikian? remaja nakal yg masih sekolah? atau pemuda yg belum menikah?
jika yg mengatakan adalah kategori orang seperti di atas, sudah sangat jelas bahwa pembelaanya adalah omong kosong samata, dia hanya sedang menutupi kesedihan yg ia derita, karena lagi-lagi menjadi pecundang dari tahun ke tahun dengan nasib yg sama!
karena sebagai seorang pemuda yg idealisme dan ego sedang tinggi-tingginya, merayakan pergantian tahun itu lumayan penting, dan sudut pandang yg demikian adalah yg paling bijaksana :)
Ingin ke pantai atau gunung namun budget minim, lalu nyinyir di medsos mengatakan bahwa merayakan tahun baru adalah kharam, budaya barat dll, namun waktu valentine dan kebetulan pas punya pacar+lagi ada duit lalu ngasih colat ke pacarnya hahaha.
DOUBLE STANDAR !!
Ingin keluar ke pusat kota bareng teman atau pacarnya nongkrong di coffeshop ata taman kota, namun tak mendapat ijin dari orang tua? lalu karena iri dengan mereka yg bisa menikmati euforia, ia lantas mengatakan bahwa tahun baru itu sangat dekat dengan zina! hahaha
hidup itu kompleks, permasalahanya bukan cuma tentang keribetan hidup satu orang, kalo semua mau di pukul rata, lantas mereka yg keluar tahun baru dengan keluarga kecilnya apakah mereka itu mendekati zina?
padahal niatnya mulia, setelah sekian lama sibuk dan penat dengan urusan kerja, mereka ingin membangun equality time dengan orang-orang yg tersayang, namun dengan seenaknya para looser nge-judge bahwa ini itu, kalo gini gitu ! bangsat!
yg di ijinkan untuk berpendapat khalal dan kharamnya tahun baru ya orang yg punya background agama yg kuat, minimal tukang ngaji atau udah jadi santri, minimal sholatnya nggak pernah bolong lah, basic agama sesuai dengan apa yg sering ia katakan .
kalau yg berkata demikian adalah anak ingusan dan orang awam, dosa ini itu masih di jalankan namun mengomentari tahun baru adalah kemaksiatan,, tai kalian !
yg di ijinkan untuk berpendapat khalal dan kharamnya tahun baru ya orang yg punya background agama yg kuat, minimal tukang ngaji atau udah jadi santri, minimal sholatnya nggak pernah bolong lah, basic agama sesuai dengan apa yg sering ia katakan .
kalau yg berkata demikian adalah anak ingusan dan orang awam, dosa ini itu masih di jalankan namun mengomentari tahun baru adalah kemaksiatan,, tai kalian !
jangan dengar siapa yg berbicara, namun lihat apa yg ia kata kan !
quotes receh di atas sering jadi pembelaan orang yg bersikukuh dengan komentarnya.
tp apa kamu mau di ceramahi orang yg secara terang-terangan terlihat mata berlaku dosa maksiat di depan kamu? lalu saat ia sedang tak sanggup melakukanya ia mengomentari kamu seenaknya, padahal ia hanya pecundang yg ingin ada nasib yg sama atas kepayahanya, boom !
Oke lanjut...
ngapain ke pantai? macet juga ! planing mau liburan nantinya malah jadi tambah stres !
emang sih, saking banyaknya orang Indonesia yg kekurangan hiburan dan sangat candu terhadap liburan, dan pada waktu tahun baru tiba, pantai yg tadinya di mimpikan banyak orang untuk membuang lelah, sesampai sana justru yg di dapat adalah lautan manusia dengan kebisingan seperti tengah kota!
Gunung juga demikian, setelah era sosial media tiba, gunung kini tlah berubah fungsi, menyepi bukan pilihan yg tepat, karna saat liburan tak jarang beberapa gunung populer di indonesia banjir pengunjung, kuota yg berlebihan menjadikanya tak lagi ramah dan sejuk seperti udaranya.
Nah jika yg berpendapat demikian tak berminat ke pantai dan gunung adalah orang yg berduit si sah-sah saja haha
males keluar karena macet, parno nanti malah jadi makin stres dll.
lalu golongan orang-orang ini lebih memilih untuk menunda liburanya, dan mengganti di hari yg lain, yg lebih senggang daripada tahun baru.
yg nggak boleh angkat bicara dalam hal ini adalah golongan si pemalas kerja, ia stres karena nganggur dan tidak sanggup untuk merayakan tahun baru, lalu ia nyinyirin kebahagiaan orang lain dengan jurus mengangkat isu efek buruk tahun baru haha
Point berikutnya
bakaran mantan, eh bakaran ayam maksudnya, seringkali jadi alternatif bagi mereka yg ingin merayakan tahun baru dirumah saja, alasan utama yg sering saya lihat adalah karena tak mendukungnya biaya untuk berpergian jauh haha
sebagai seorang yg sudah sangat matang dalam pengalaman ini alias bakaran, dulu saya sering mengalami kondisi yg sedemikian rupa, nggak ada duit, nggak ada pacar, pilihanya cuma ngumpulin orang yg bernasib sama, lalu membuat membuat party kecil-kecilan di halaman rumah salah seorang teman.
menyenangkan?
mari kita jabarkan....
lumayan sih daripada kesepian, paling tidak menjadi kesibukan daripada makan ati nggak bisa tidur karena iri dengan mereka yg bahagia berame rame di luar sana haha
berbagi api bersulang kopi menjadi ciri khas dalam acara low bidget ini, bercengkrama bercanda ngobrol dr hal2 penting sampai nggak paling penting adalah daya tariknya.
namun dalam beberapa tahun terakhir saya memutuskan untuk tidak melakukanya lagi, setelah era mileneal datang dengan membawa gadget sebagai perangkatnya, kehangatan dalam perbicangan seakan menghilang.
berkumpul tanpa makna, tangan dan mata masing-masing sibuk dengan layar kaca hapenya.
kajian apa yg di dapat dari kebersaaan semacam itu? substansinya apa? tujuan awal tlah menghilang.
tak ada lagi yg tersisa dan tak ada lagi yg berkesan.
ketika pilihan-pilihan tak ada lagi, magnet yg kuat untuk mengajak bergairah dalam euforia tahun baru, maka pilihan mu untuk membusuk di dalam kamar adalah hal tepat, dan di jamin setelah iklas tanpa melakukan apa-apa saat ribuan orang berbahagia di luar sana dan malam ituu pula tidurmu juga akan nyenyak.
saya sendiri malam tahun baru justru kerja.
udah nggak pengen keluar waktu tahun baru? sebanarnya pengen sih, tp satu-satunya daya tarik untuk melakukanya justru bernasib sama.
ia seorang pejuang yang tengah bertarung melawan kerasnya hidup di kota orang.
andai saja ajakanku untuk keluar ia terima, pasti aku sudah bolos kerja dan lebih memilih bergandengan tangan denganya sepanjang malam haha
nggak penting mau kemana, asal bersama orang yg kalian cinta semua terasa indah kan?
bahkan nonton orkes dangdut pun bakal saya lakukan jika ia yg meminta hahaha
lagi-lagi cinta menang atas logika.
udah ah malas jadi lembek gini pembahasanya haha
inti dari tulisan ini adalah mengajak semua orang untuk memposisikan kritik pada jalur yg semestinya, lihat posisi mu, menyiapkan alibi hebat dalam menangkal serangan balik, dan untuk lebih dewasa dalam menanggapi sesuatu fenomena.
jika memang kalah dalam beberapa hal pilihan yg terbaik adalah dengan diam.
satu-satunya level yg berada di atas bungkam adalah dengan menertawakan diri sendiri, memaki dan menertawakan betapa mengenaskanya hidup kita yg tak bisa seperti orang lain yg tengah berbahagia.
jika tlah sampai pada titik tersebut maka di jamin tak akan ada lagi kecemburuan sosial yg berlebihan, dan untuk sampai tingkat tersebut biasanya kamu tak lagi muda haha
udah ya, da da
males keluar karena macet, parno nanti malah jadi makin stres dll.
lalu golongan orang-orang ini lebih memilih untuk menunda liburanya, dan mengganti di hari yg lain, yg lebih senggang daripada tahun baru.
yg nggak boleh angkat bicara dalam hal ini adalah golongan si pemalas kerja, ia stres karena nganggur dan tidak sanggup untuk merayakan tahun baru, lalu ia nyinyirin kebahagiaan orang lain dengan jurus mengangkat isu efek buruk tahun baru haha
Point berikutnya
bakaran mantan, eh bakaran ayam maksudnya, seringkali jadi alternatif bagi mereka yg ingin merayakan tahun baru dirumah saja, alasan utama yg sering saya lihat adalah karena tak mendukungnya biaya untuk berpergian jauh haha
sebagai seorang yg sudah sangat matang dalam pengalaman ini alias bakaran, dulu saya sering mengalami kondisi yg sedemikian rupa, nggak ada duit, nggak ada pacar, pilihanya cuma ngumpulin orang yg bernasib sama, lalu membuat membuat party kecil-kecilan di halaman rumah salah seorang teman.
menyenangkan?
mari kita jabarkan....
lumayan sih daripada kesepian, paling tidak menjadi kesibukan daripada makan ati nggak bisa tidur karena iri dengan mereka yg bahagia berame rame di luar sana haha
berbagi api bersulang kopi menjadi ciri khas dalam acara low bidget ini, bercengkrama bercanda ngobrol dr hal2 penting sampai nggak paling penting adalah daya tariknya.
namun dalam beberapa tahun terakhir saya memutuskan untuk tidak melakukanya lagi, setelah era mileneal datang dengan membawa gadget sebagai perangkatnya, kehangatan dalam perbicangan seakan menghilang.
berkumpul tanpa makna, tangan dan mata masing-masing sibuk dengan layar kaca hapenya.
kajian apa yg di dapat dari kebersaaan semacam itu? substansinya apa? tujuan awal tlah menghilang.
tak ada lagi yg tersisa dan tak ada lagi yg berkesan.
ketika pilihan-pilihan tak ada lagi, magnet yg kuat untuk mengajak bergairah dalam euforia tahun baru, maka pilihan mu untuk membusuk di dalam kamar adalah hal tepat, dan di jamin setelah iklas tanpa melakukan apa-apa saat ribuan orang berbahagia di luar sana dan malam ituu pula tidurmu juga akan nyenyak.
saya sendiri malam tahun baru justru kerja.
udah nggak pengen keluar waktu tahun baru? sebanarnya pengen sih, tp satu-satunya daya tarik untuk melakukanya justru bernasib sama.
ia seorang pejuang yang tengah bertarung melawan kerasnya hidup di kota orang.
andai saja ajakanku untuk keluar ia terima, pasti aku sudah bolos kerja dan lebih memilih bergandengan tangan denganya sepanjang malam haha
nggak penting mau kemana, asal bersama orang yg kalian cinta semua terasa indah kan?
bahkan nonton orkes dangdut pun bakal saya lakukan jika ia yg meminta hahaha
lagi-lagi cinta menang atas logika.
udah ah malas jadi lembek gini pembahasanya haha
inti dari tulisan ini adalah mengajak semua orang untuk memposisikan kritik pada jalur yg semestinya, lihat posisi mu, menyiapkan alibi hebat dalam menangkal serangan balik, dan untuk lebih dewasa dalam menanggapi sesuatu fenomena.
jika memang kalah dalam beberapa hal pilihan yg terbaik adalah dengan diam.
satu-satunya level yg berada di atas bungkam adalah dengan menertawakan diri sendiri, memaki dan menertawakan betapa mengenaskanya hidup kita yg tak bisa seperti orang lain yg tengah berbahagia.
jika tlah sampai pada titik tersebut maka di jamin tak akan ada lagi kecemburuan sosial yg berlebihan, dan untuk sampai tingkat tersebut biasanya kamu tak lagi muda haha
udah ya, da da