Sabtu, 31 Agustus 2019

DATANG PAS BUTUHNYA DOANG

Sedikit meluapkan tentang apa yg sudah lama saya resahkan.
Menyoal relasi antara manusia dengan manusia
Tentang realitas yang banyak terjadi di sekitar kita

~~~Yahuu minasa
Yuk langsung saja~~~


“Datang pas butuhnya doang”
Terlihat akrab dan tidak asing bukan dengan ungkapan di atas?
Di era media sosial, sebuah keluhan di atas seringkali muncul dari orang-orang yg merasa dirinya di manfaatkan.
Entah itu lewat status WA ataupun caption Instagram yg tidak nyambung dengan fotonya, hahaha.


Latar belakang apa yg mendasari orang-orang tersebut hingga sampai hati berkata demikian?

Jawabannya adalah karena mereka  golongan kaum baperan   yang dengan pedenya merasa dirinya di Manfaatkan!


Yok bedah dulu saja, salah benar urusan belakangan.

Dengan lantang saya berani menyalahkan orang-orang yang beranggapan demikian.
Alasanya : “Kenapa sih hal negatif selalu di jadikan reaksi utama atas kebaikan yg baru saja di lakukan?
Kenapa tidak mencoba berpikir sepositif mungkin, bukanya lebih melegakan?”


Sebenarnya ini cuma soal mindset atau sudut pandang.
Padahal mengubah mindset itu sangat sederhana, namun karena ego yg sebesar gunung tidak banyak orang yg punya nyali untuk mengalahkan egonya.

*Perumpamaan di bawah akan terasa geli ketika hidup anda tengah baik-baik saja*

Andai saja bisa begini:
Setelah bantuan di berikan
Jangan merasa menjadi orang yang paling berjasa...
Tp merasalah itu sudah kewajiban, kodrat manusia menyalurkan kebaikan.

Jangan merasa di manfaatkan
Tapi banggalah karena bisa bermanfaat!
Jika seperti ini lebih menyenangkan bukan?

Jangan memandang dia yg meminta bantuan sebagai orang yg licik!
Dengan dia meminta bantuan dia sudah menaruh percaya bahwa kita adalah orang baik 😊


Posisi orang yg meminta bantuan itu tidak bisa di bilang gampang.
Bahkan mayoritas terpaksa melakukan, karna nasib baik tengah tidak berpihak pada keadaan.

Dengan seseorang  meminta bantuan, secara tidak langsung juga membuka peluang si pemberi bantuan untuk memanusiakan manusia.
Bukankah memang seperti itu dunia bekerja? Seimbang!


Memberi bantuan ke sesama adl hal paling dasar yg di ajarkan dalam kehidupan.
Bahkan di pendidikan formal, persoalan  tentang norma hubungan sosial di bahas sangat dini di sekolah dasar.
Tapi kenapa setelah dewasa orang-orang cenderung mengabaikan?
Malah makin kesini, ketika kasus tentang merasa di manfaatkan itu ada, para pelaku yg merasa berjasa ini lebih mengedepankan respon murka?


Semua orang memiliki hak penuh atas apa yg di anggap prioritas utama, merdeka juga atas otoritas dirinya
tak berhak pula untuk memaksa siapapun selalu ada

Kemarilah jika dirasa aku bisa membantumu
Pergilah kala bahagia bersahabat denganmu

Sungguh dari dalam hati aku tak apa
Aku tak terluka, Aku biasa saja

Aku masih seperti dulu ketika kau ada perlu
Pergilah jika memang bahagiamu tak perlu ada aku
Tapi ingat, ketika dunia tak lagi ramah padamu
Tolong ingat aku,  datang padaku, panggil aku

Mintalah aku untuk andil bagian
Jika dirasa bisa membantu, kau pun tahu usahaku selalu maksimal
Hey, Aku bahagia bisa bermanfaat atas nama kemanusiaan

Meski tidak ada syarat mutlak menjadi dewasa, setidaknya malu pada bertambahnya usia.
Cobalah mulai saat ini kita belajar bersama menghentikan drama.
terhadap hal-hal baik yg sudah sepatutnya ada.


DATANG PAS BUTUHNYA DOANG

Sedikit meluapkan tentang apa yg sudah lama saya resahkan. Menyoal relasi antara manusia dengan manusia Tentang realitas yang banyak terj...