Rabu, 31 Oktober 2018

#GOLONGANKAMI


30 oktober 2018 telah gugur dua pahlawan toleransi Indonesia!
Mereka adalah dua komika nasional yang tengah naik daun, yaitu Tretan muslim dan Coki pardede.
siapa sih mereka? mungkin terbesit pertanyaan tersebut bagi orang-orang yang kurang menyukai stand up komedi, tapi bagi para penggemar genre komedi ini pastinya sudah tak asing lagi.
sebelum masuk ke permasalahan, lebih baik perkenalan dulu dengan dua motoris Majelis lucu Indonesia ini, jangan jadi orang yang tau secuil informasi lalu langsung mengomentari apalagi caci maki dengan perasaan benci, nggak baik untuk kesehatan hati.

Awal perkenalan saya dengan dua orang ini adalah saat menyaksikan Stand up comedy Metro Tv, seingat saya dari empat orang line up ada Sammy Notaslimboy, Heri Hore, Mc danny dan si Tretan Muslim kalo nggak salah pada tahun 2012 dengan pembawa acara Adjis Doa Ibu, dan kemudian satu tahun berikutnya Tretan Muslim masuk ke kompetisi suci (Stand Up Comedy Indonesia) kompas tv, kebetulan waktu itu saya sedang menjadi gembel warnet atau kerja menjadi operator warnet, di karenakan siaran Kompas Tv tak tersebar higga ke kota saya yang notabenya wilayah daerah, (kecuali menggunakan tv kabel) maka dengan menjadi gembel warnet menjadi semacam keuntungan buat saya, saya bisa jadi streaming nonton pertunjukan kompetisi SUCI.


Begitu pula saya melihat Coki pertama kali juga dari kompetisi ini.
mereka berdua lahir di kompetisi yang sama namun beda generasi, Tretan muslim Suci 3 tahun 2013, dan Coki pardede Suci 4 tahun 2014.

mereka bukan juara di kompetisi tersebut, kalau nggak salah sama-sama menempati posisi 4 di season masing-masing dan harus gantung mic.
Di kompetisi tersebut Tretan muslim masih dengan persona maduranya, ngomongin besi dan fenomena ringan yang di jadikan keresahan.
Coki juga belum muncul dengan nada-nada, materinya masih absurd dengan ciri khas yang memang sudah daridulu bahwa imajinasinya begitu liar, hal-hal semacam alam khayal dan tidak masuk akal bisa di jadikan materi oleh si kafir jenaka ini, tapi yang bikin geli dari coki dia dulu sering menertawakan stand up nya sendiri, tapi ketawanya yg khas dan renyah lumayan lucu si.


Tak seperti komika jebolan kompetisi yang banyak di lihat langsung menuju jalur sukses, main film atau di kontrak tv swasta, mereka termasuk komik kurang beruntung haha.
saya sebagai orang yang follow sosmed mereka, paling banter cuma ngisi acara gigs di beberapa pertunjukan stand up di beberapa daerah, beberapa kali stand up di ti acara tv sebagai guest star yang kurang star, dan menjadi opener komik-komik senior mereka dalam acara spesial show.
dan sesekali jadi Cameo di Youtube series atau film-film yang bergenre comedy.

Oh iya si Tretan muslim juga membuat Trio berjuluk "Over Acting" bersama dua rekan komika jebolan Suci 4 Praz Teguh dan Arif Alfiansyah, mereka bertiga sempat membuat Tour stand up beberapa kota dan di Stand Up Fest 2015 mereka mengguncang panggung dengan kelucuan khas Act Out sesuai nama mereka.





Dari karir yang datar-datar itu saja baru pada 2017 khususnya si tretan muslim membuat Channel sendiri dengan nama Tretan Universe, isi kontenya sangat tidak berfaedah sama sekali,, hal-hal absurd dan aneh bahkan cenderung ekstrim sering di lakukan si muslim, acara masak-masak dengan perpaduan bahan dan bumbu yang tidak masuk akal (Last Hope Kitchen), acara cukur rambut padahal skillnya sangat pas-pasan alhasil beberapa orang pernah jadi korban kejailanya, dan beberapa permainan edan yang berpotensi menyakitkan.
tapi karna keanehan tersebut lah channelnya menjadi daya tarik, karna selalu ada adegan muntah di akhir video, karna rasa masakan yang sangat menjijikan.

Di Channel lain dengan nama "Hey Bro Tv" entah itu milik siapa, si Tretan muslim bersama Praz teguh mengisi konten dengan judul mati penasaran, beberapa video mereka yang melakukan adalah sosial eksperimen atau makan makanan yang menantang semacam mie pedas level tertinggi dan adegan bahaya lain, penontonya juga tidak sedikit, bahkan ada yang mencapai 3juta views lebih!

Kalau si Coki pardede setau saya dari belum stand up adalah seorang penyiar radio, dan setelah kelar kompetisi selain stand up ia juga masih aktif sebagai penyiar.
pada tahun 2016 kalau nggak salah si coki ini ikut kompetisi stand up lagi di indosiar (Suca : Stand up comedy academy) dan nggak juara lagi, mungkin karna kurang ngangkat ratting tv penuh gimmick tersebut :))
di akhir tahun 2016 ia di pilih oleh Pandji Pragiwaksono sebagai opener spesial show stand up komedinya dengan nama Juru bicara dan di tonton 3000 penonton yang satu tiketnya harganya sangat mahal di jakarta.

Masuklah ke akun yang sekarang lumayan kondang yaitu MLI atau Majelis Lucu Indonesia.
Sekitar Setahun yang lalu di Twitter ada sebuah akun anonim bernama Majelis lucu Indonesia, ia seringkali ngejudge jokes orang-orang, contohnya beberapa selebtwit dan komika atau orang biasa yang update status coba melucu, beberapa ada yang di cap lucu, cukup lucu, atau ultimate kalau lucu banget.
tapi akun ini kejam banget terhadap memetwit yang memang garing dan tidak lucu, cap sampah, dan cap nyelekit lainya sering di lemparkan, tidak pandang bulu, tanpa kompromi, tanpa ampun :))





Banyak korban dari judging mereka ini, akun fanspage macam dagelan dan ngakak kocak juga terdampak di kata-katin orang seenaknya ini, dan menurut banyak orang menghakimi semacam ini memang lucu karna anti mainstream dan sangat berani :))
para netizen di buat penasaran siapa admin di balik akun majelis lucu ini, entah siapa yang membongkar atau si admin mengakui sendiri akhirnya munculah nama Tretan Muslim di balik akun songong tapi lucu tersebut.
dan dengan penuh kejutan akun Majelis Lucu Indonesia ini muncul di Youtube dengan konten Roasting, dan darisini awal mula Majelis lucu meledak di kenal banyak orang.


Roasting sesama komika, ataupun penyanyi semacam Kiki eks Cjr atau Cherly ex cherybelle, Youtuber Bayu skak dan Radtya dia adalah beberapa nama besar yang pernah jadi object Roasting secara live atau Show.
Nama headliner-nya pun tidak sembarangan, ada Adriano Qalbi, kalo di dunia musik dia bisa di bilang ada di jalur indie, Josua si mantan penyanyi cilik yang merindukan kesuksesan, Fico fahriza dengan persona jujur sekaigus nylekit, Yudha keling si master roasting karena hidupnya sudah penuh dengan roastingan. Rigen, indra frimawan dan masih banyak lagi beberapa komik yang mengisi acara tsb.

Tapi yang menarik dari show Majelis lucu Indonesia ini adalah MC-nya yang begitu lucu yang tidak lain adalah dua nama yang profilnya saya sebutkan di atas Tretan Muslim dan Coki Pardede.
dua karakter berbeda tapi begitu tektok, dan genre komedi yang mereka tunjukan di majelis lucu ini sangat dark, cenderung berbahaya malah, tapi itulah magnet dari dua orang ini.
pesan satire dan sarkasme menjadi ciri khas duet hakim mulut sampah, omongan mereka yang kotor sering kali menjadi puncline atau titik tawa para penontonya, bisa tertawa asal penontonya berpikiran terbuka lho ya hehe.
guyonan agama sering menjadi materi mereka berdua khususnya si Tretan Muslim yang ngeledekin si Coki yang merupakan pemeluk nasrani dan jadi bahan tertawaan penonton, tapi inilah yang benar-benar bisa di sebut komedi dewasa, si Coki tidak tersinggung ketika agamanya di hina-hina oleh mayoritas.
dan si Coki juga tidak berani membalas karena sangat paham akan resikonya, duh lucu sekali.
dan pesan yang ingin di sampaikan Muslim dan Coki ini sangat jelas arahnya kemana, semacam menggiring para penonton untuk melihat bahwa di negri ini pemeluk agama mayoritas kadang masih semena-mena terhadap masyarakat minor dan mau menang sendiri.
makanya di beberapa video ada bagian yang di sensor karena tidak ingin menimbulkan kegaduhan apabila di saksiskan oleh orang-orang baperan bersumbu pendek.
mereka berdua juga menggambarkan betapa perbedaan bisa bersatu dan menghasilkan sesuatu yang lucu asal ada toleransi yang tinggi di dalamnya, menurut saya ini contoh yang sangat positif .

Kesuksesan mereka di acara yang di laksanakan di sebuah cafe bernama pongme tersebut merambah ke akun lain mereka yang lahir di instagram, tak berhenti di situ selain masih akting judging jokes di media sosial mereka juga melakukan beberapa tour di beberapa daerah di indonesia dan semuanya pecah alias lucu dan sukses.

Pernah juga ada acara bernama Local Stand up day di bawah naungan managemen Majelis Lucu, sebuah pertunjukan komedi selama 6 jam, di isi oleh 30 line up komika, mulai dari materi clean atau main aman atau dark komedi sampai blue komedi yang sangat berbahaya, makanya di acara tersebut tak boleh ada yang merekam kecuali panitia, beberapa cuplikanya ada di Channel Youtube Majelis Lucu Indonesia.

Dan hal paling berani yang mereka lakukan adalah meroasting Youtuber secara Live di sebuah acara Youtube Fan fest (generasi xyz).
semua yang hadir disitu di sikat habis oleh mereka, karena sikap beraninya tersebut mereka mendapat aspresiasi tawa yang luar biasa dari semua yang hadir disana.


Fakta unik dari mereka yang lain adalah mereka sangat kapitalis, tiap pertunjukan mereka pasti selalu mahal, T-shirt yang mereka jual juga sangat kebangetan, tp yang membuat lucu dari hal ini mereka mengakui kekapitalisan mereka tersebut yang membuat orang tertarik untuk membeli dan mendatanginya.
dan yang lebih bikin memuakan tapi lucu lagi adalah mereka mendaftarkan majelis lucu menjadi PT, katanya sih agar kinerja mereka dalam menghasilkan konten lebih produktif, dan saya akui memang iya.

Setelah beberapa bulan Resmi menjadi PT dan mempunyai kantor sendiri, beberapa konten baru muncul di Channel mereka, termasuk yang paling populer adalah Debat Kusir.

dimana dalam video tersebut mereka sengaja menanggapi statemen publik figur atau youtuber lain dengan cara mereka yang begitu lucu tapi penuh kontoversi dan memancing kegaduhan, pada awal kemunculanya konten debat kusir yang di motori oleh coki dan muslim tersebut sampai masuk trending topic youtube Indonesia.
beberapa Youtuber yang mempunyai fanbase besar seperti Dedy Corbuzier, Younglex, Awkarin, Reza arab dan nama-nama lain sering di jadikan bahan oleh mereka.
karna laku dan banyak peminat sekaligus penikmatnya konten ini terus berlanjut, dan episode atta halilintar adalah konten yang paling lucu, karna atta halilintar ini kontenya sangat rentan di jadikan bahan tertawaan, apalagi si atta baper, makin menjadi-jadi si coki-muslim ini.

Berkat seringnya bersama juga, Coki yang adalah seorang penyiar radio mungkin mengajak muslim untuk ikut siaran di Oz radio jakarta, dan dua magnet majelis lucu tersebut berhasil membawa umatnya untuk ikut mendengarkan siaran mereka, radio yang sudah jarang di dengar akhirnya banyak lagi peminatnya karna dua manusia bangsat ini, dari luar jakarta pendengar bermunculan mengirim pesan lewat suara mereka di cuitan twitter dan sempat beberapa kali jadi trending topic twitter indonesia, saking banyaknya oz radio sampai membuat aplikasi untuk pendengar mereka dari luar jakarta, benar-benar hakim mulut sampah yang membuat orang tak bosan bahkan candu dengan celetukan-celetukanya.

back to Last Hope Kitchen
seiring dengan kepopuleran mereka berdua, banyak dari umat lucu (sebutan fans majelis lucu indonesia) meminta Coki pardede untuk datang ke Channel youtube Muslim atau Tretan Universe untuk acara masak-masak.
awalnya Coki menolak karna menganggap channel Tretan Muslim ini channel sampah haha
tapi entah ada apa atau karna keinginan umat lucu yang terus-terusan meminta terjadilah kolaborasi dengan bintang tamu coki pardede tersebut.
sejak syuting atau saat tretan muslim membuat snapgram bahwa coki tengah bersama denganya di acara last hope kitchen para umat lucu sudah sangat antusias, dan butuh cukup waktu lama untuk kami menunggu tayangan masak tersebut.

Kurang dari sebulan sejak hari ini akhirnya si muslim mengupload konten Last Hope Kitchen bareng Coki tersebut, dengan tema masakan Babi saus kurma!
saat pertama kali melihat saya benar-benar kecewa karna coki sebagai bintang tamu tidak muntah saat menyantapnya hahaha.
tidak seperti bintang tamu sebelumnya mereka muntah dengan masakan aneh-aneh Muslim.
awalnya semua baik-baik saja hingga akhirnya karna viral kaum mabuk agama melihatnya dan menganggap yang di lakukan Coki dan Muslim adalah penistaan agama.

Apa karna masak babi yang notabenya kharam untuk umat islam? padahal si Muslim tidak ikut memakanya! bahkan muslim juga menghindar saat akan terkena cipatran kuah ketika memasak, dan di tengah acara masak muslim juga berkata bahwa sebenarnya cara terbaik untuk memasak kurma adalah dengan cara membuangnya! dan coki tertawa.
ada yang bilang karna babi campur kurma, kurma adalah makanan khas orang islam.
menurut saya tidak, karna kurma khas timur tengah yang disana juga terdapat negara israel di dalamnya.
kalau masih mau ngotot itu penistaan sejak kapan kurma punya agama? itu cuma buah lho.
si Tretan Muslim yang beragama islam juga tidak ikut memakanya!

Di video yang viral di instagram yang di sebarkan oleh akun -akun dakwah ada potongan saat Tretan Muslim  di Channel MLI dalam konten debat kusir, saat Tretan muslim mengatakan bahwa apa yang di lakukan Atta tidak sesuai ajaran nabi, lagu disstrack atta tidak ada dalam zaman nabi, padahal poinya itu bercanda, dan memang tidak ada distrack kan ketika zaman keemasan islam, lalu kenapa kaum sumbu pendek kebakaran jenggot?
ada sebuah komen di instagram yang tetap mencari kesalahan bahwa yang membuat gaduh adalah ketika Muslim mengeluarkan jokes gaya dakwah si Coki malah tertawa terbahak-bahak.
menurut hemat saya yang mengikuti mereka sejak lama tertawanya coki adalah respon terhadap mimik wajah muslim yang sangat serius ketika bercanda, si muslim ini membentak bentak dan ngegas, ya jelas itu sangat lucu lah.
tapi yang namanya udah benci nggak mau tabayun lebih dalam, malah mengecam dan mengancam akan di pidanakan.

Its oke semua kegaduhan ini saya kira wajar, namanya juga komedian pasti ada beberapa pihak yang tidak berkenan dengan candaan yang mereka lemparkan, sebelum kasus ini juga banyak komedian dengan kasus yang sama toh namanya salah paham pasti bisa di selesaikan.

Akhirnya konten memasak babi kurma tersebut di hapus oleh tretan muslim sebagai bentuk maaf bila ada yang tersinggung dan berharap masalah ini tak berlanjut cukup panjang.
tapi namanya media sosial, potongan video yang di gabungkan masih saja di sebar sebagai bentuk provokasi kepada banyak orang.
pihak pro dan kontra muncul ke permukaan, pembela dan pengecam, saya masih anggap wajar karna ini negara demokrasi semuanya punya hak untuk bereskpresi.
cuman yang di sayangkan dari pihak yang mengecam adalah cara mereka menyuarakan pendapat mereka, tak sedikit yang seakan membela agama tapi tidak di barengi dengan kalimat yang pantas di ucapkan, tidak mencerminkan seorang umat yang beragama.

Saya kira sudah selesai karna dua minggu tlah berlalu, pasti setelah ini akan adem ayem lagi, dan mayoritas umat lucu juga mengharapkan tretan muslim dan coki pardede kembali menghibur lagi, karna sudah cukup lama mereka berdua juga absen di sosial media.

konten di channel majelis lucu indonesia selama mereka berdua diam di isi oleh hakim-hakim lain dengan konten alternatif alias bukan debat kusir, tapi pada malam tanggal 30 oktober sebuah notif muncul di hape saya sekitar pukul 22 atau 23, dengan judul
saya kira hanya clickbait atau gimmick judul semata, namun ketika video berakhir saya langsung lemes karna apa yang di alami mereka.
Tretan muslim dan Coki Pardede pamit undur diri dari Majelis Lucu Indonesia.
karna video memasak daging babi saus kurma yang di anggap menistakan agama, mereka berdua dan orang-orang terdekat mereka mendapatkan preseuksi secara fisik dari pihak-pihak yang merasa bahwa mereka berdua harus mengikuti kemaunya.
Dan Tour Stand Up Dewa Komedi Ananta Rispo di sebelas kota juga di larang oleh ormas-ormas radikal tersebut, padhal dalam tour tersebut tidak ada Muslim Coki di dalamnya.
dan itu juga salah satu alasan kenapa mereka berdua mengundurkan diri, karena sudah terlalu banyak yang menjadi korban padahal tidak ada sangkut pautnya!
keesokan harinya hastag #Golongankami di berbagai platform, dan paling vocal adalah twitter dimana basis penggemar mereka berdua ada.

Dan tulisan saya cukup sampai disini biarlah suara netizen dan para publik figur yang mewakilinya memalui banyak status yang sudah saya simpan dan sempat menjadi trending topic nomer 1 indonesia selama 2 hari beruntun.




























Misal iya mereka di fonis menista saya kecewa tapi tak apa biar hukum negara yang mengadilinya
tapi apabila sampai ada presekusi dan ancaman pembunuhan saya ikut mengecam dan berusaha akan menyuarakan perlawanan!

Sukses selalu Coki dan Muslim
saya percaya kalian akan come back dengan kelucuan yang lebih pecah lagi
#GOLONGANKAMI




Sabtu, 20 Oktober 2018

Wanita Malam Itu (Wonosobo Undercover)


Masih terlalu pagi bagi lelapku untuk diinterupsi oleh sebuah keributan. Terlalu pagi bahkan ketika embun belum menyelesaikan tugasnya.
"Tidak akan masuk surga, orang yang mengganggu ketentraman tetangganya!"
Kutuk batinku setelah mendengar suara makian dari luar rumah.
Prrraaaangg! Suara botol pecah terdengar nyaring diiringi jeritan seorang wanita.
Aku bergegas keluar rumah untuk melunasi rasa penasaranku.
Di luar, aku melihat pemandangan yang tak sepantasnya terjadi. Seorang teman sekaligus tetangga sebelah rumahku tengah mencengkeram baju seorang wanita, sedang tangannya yang lain menggenggam pecahan botol yang mungkin baru saja ia benturkan ke tembok, tempat dimana wanita tersebut terpojok.
Di posisikan sebagai saksi mata, kurang layak rasanya jika tak kulerai perbuatan semena-mena temanku yang bernama Arif ini.
Apalagi pagi itu, di beberapa titik hanya ada ibu-ibu yang masih betah saja berperan sebagai penonton.
Dengan sok pahlawan aku merasa berkewajiban untuk maju, setidaknya untuk menjadi pembeda antara aku dengan ibu-ibu itu.
Ku tarik tubuh besar Arif dan memposisikan diri di antara dia dan korbannya.
"Apa masalahmu Rif?" Tanyaku menyelidik.
Ia tak bergeming, matanya masih lurus menatap tajam wanita yang merasa terancam dan ketakutan di belakangku.
Aku percaya ada keraguan dalam dirinya untuk berbuat lebih jauh terhadap korban di belakangku, terbukti ia menurut saja ketika aku menyeret dan mendudukannya di sebuah kursi di depan rumahnya.
"Kenapa?" Tanyaku memaksa.
"Jangan main tangan sama cewelah!” Sambungku ikut duduk di sampingnya.
Bau alkohol cukup jelas tercium oleh hidungku.
"Bukan apa-apa." Jawabnya dingin sembari beranjak masuk ke dalam rumah.
"Aneh." Gerutuku pada punggungnya yang mencampakanku.
Beberapa ibu kulihat mendekat berbicara entah apa dengan si wanita yang sekarang sedang memakai helm di samping sebuah motor matic merk terbaru.
Aku yang sedikit enggan berurusan dengan orang yang tak ku kenal berniat kembali ke rumah.
Beberapa langkah sebelum tangan ku menyentuh gagang pintu, ku lihat sepeda motor wanita malang tadi berlalu di depanku, saat ku lirik ia balas menatapku diiringi senyum simpul
yang kumaknai sebagai rasa terimakasih sudah melerai perkelahiannya dengan Arif.
Tatapannya lesu, sepasang softlens biru muda terlihat kurang cocok menempel di kelopak matanya yang sayu, mengibakan batinku.


Aku terbangun ketika matahari sejajar dengan kepala, lalu memutuskan mandi, menjadi kegiatan yg tak tertulis dalam agenda.
Seusai mandi kucari kopi sachet di rak dapur dan berniat menikmatinya seorang diri.
“Bangun siang, mandi, lalu ngopi, nikmat mana lagi yg harus ku arungi?” Celetukku melawak seorang diri.
Namaku Ronal, menyandang status sebagai pengangguran baru, seorang yang baru saja mengkhianati julukan mahasiswa abadi.
Kurang dari sebulan yang lalu, aku merampungkan pendidikan akuntansi di sebuah universitas di Yogyakarta.
Masuk susah, lulus lebih susah, ditambah kelar wisuda tak langsung dapat kerja.
Maka beginilah sekarang hari-hariku.
Pada sesi adukan kopi sebuah suara mengagetkanku dari belakang.
"Dua sekalian Ron."
Ku toleh ke belakang, ternyata itu Arif, seseorang yang pagi tadi menyuguhkan adegan tidak terpuji. Kupikir jika tadi adalah adegan sinetron, pasti sudah di tegur oleh KPI!
Arif sudah biasa masuk keluar rumahku tanpa permisi, karna kami memang bertetangga persis sejak kecil, meskipun sejatinya kami tak begitu akrab.
"Nggak kerja Rif?" Pertanyaan retoris ku lemparkan sembari menyuguhkan kopi kepadanya yang sedang merokok di kamarku.
"Pengusaha mah bebas hahaha" jawabnya asal.
Aku hanya nyengir mendengar jawaban ngawurnya. Faktanya, dia adalah pengangguran juga sepertiku, bedanya dia anak orang cukup berada yang tanpa kerja masih bisa hidup mewah karena difasilitasi oleh orang tuanya.
"Udah mulai daftar kerja dimana?” Tanya arif datar.
"Belum, niatnya sih di kota sendiri kalau ada lowongan yg cocok" ujarku menimpali.
"Mumpung kamu belum kerja malam minggu ikut keluar ayo? Kita karaoke, hepi-hepi!!" Serunya penuh gairah.
"Wuah aku nggak bisa nyanyi Rif, tau sendiri kan suaraku, nafas aja false, haha." Aku menolak dengan lawakan sebisanya. Padahal sebenarnya, aku enggan karna sering mendengar kabar miring tentang dunia karaoke di jaman sekarang yang sudah di masuki hiburan prostitusi.
"Halah nggak papa, ikut aja di sana nggak harus nyanyi, yang penting bareng temen-temen." Tanggapanya sedikit mendesak.
"Lihat coba ya nanti, kalau nggak ada acara aku usahain ikut gabung.” Jawabku pasrah.
"Ngomong-ngomong Rif, tadi pagi itu siapa yg ribut sama kamu?" Aku mencoba untuk mengganti topik pembicaraan.
"PL bro (pemandu lagu), semalam kita minum bareng terus aku ketiduran ditempatnya. Nah tadi pagi saat nganterin aku pulang, aku ngasih saran ke dia kalau lagi sama pelanggan selain aku nggak perlu mesra-mesraan. Tapi dia membela diri, menjelaskan bahwa apa yg dilakukannya adalah bagian dari profesi, aku yang masih dalam pengaruh alcohol nggak terima dan naik pitamlah dia ngelawan begitu hahaha." Tawa menutup penjelasannya yang menegaskan tak ada rasa bersalah.
"Gimana cantik nggak si Vira?" Cewe tadi pagi itu namanya vira kata Arif.
"Lumayan." jawabku datar.
"Malam Minggu kalo kamu ikut, kita ketemu dia lagi, besok kalo dia udah aku udah transfer duit pasti kita baikan kok hahaha." Paparnya nampak bahagia.
Aku cuek dan mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya.
"Kamu baper sama orang yg pekerjaannya..." Aku ragu untuk melanjutkan pertanyaanku.
Arif nampak paham dengan ekspresi wajahku. "Iyalah, aku pelanggan tetap yg paling royal, setidaknya aku punya hak lebih atas dirinya.
Semua yang ia katakan membuatku terkekeh tanpa suara, ia menganologikan wanita yang ia hadapi sebagai boneka yang telah ia beli dan dapat di perbudak semena-mena.

Hanya sebentar Arif dirumahku, ia pergi begitu saja tanpa ucapan terima kasih atas kopi buatanku. Setelah kepergianya, tiduran dan streaming film adalah jalan hidup!
Hari-hari berikutnya masih ku lalui dengan rutinitas yang nyaris tak ada bedanya, bangun siang, maraton film apa saja, dan ronda di berbagai sosial media hingga selarut-larutnya.
Orang tuaku sendiri tak pernah protes dengan kehampaan hidupku, diamnya mereka ku anggap sebagai restu untuk tidak buru-buru langsung terjun ke dalam kehidupan baru.


Sabtu sore enam hari sejak kejadian Arif dan Vira pagi itu, aku tengah duduk di depan layar laptop yg menampilkan kredit title akhir sebuah film. Sempat terpikir ajakan Arif, sepertinya tak ada salahnya mengiyakan ajakan itu nanti malam.
Lagian belum ada kerjaan juga, sudah besar pula, entah kejadian baik atau buruk nanti akan ku hadapi sendiri, hiburku memberi kepercayaan pada diri sendiri.
Sekitar pukul sembilan, bunyi klakson mobil arif mendobrak gendang telingaku.
"Ayo Ron!" Teriaknya terdengar gugup.
Setelah mengenakan jaket denim dan parfum ala kadarnya aku keluar.
"Sama siapa aja kita?" Tanyaku padanya begitu bokongku duduk di kursi penumpang.
"Ricky dan Herman udah di depan, ayo meluncur!" Ujarnya bersemangat bersamaan dengan pedal gas yang ia injak.
"Loh mereka kan sudah beristri?" Tanyaku kaget.
"Biarin dong, yang namanya refreshing mah nggak kenal usia Ron haha." Jawabanya seakan mengamini kelakuan dua orang teman yang sudah berangkat lebih dulu itu.
Enam puluh menit kemudian mobil sejuta umat milik Arif sudah berada di pelataran parkir sempit tempat karaoke. Ricky dan Herman tampak tengah berbincang di depan pintu dengan tiga wanita ketika kami turun dari mobil.
Ketiga wanita tersebut berdandan berlebihan, menggunakan sepatu hak tinggi, dan rok di atas lutut, sebuah pemandangan yang jarang aku lihat.
"Hey mas." Ujar salah satu di antara tiga wanita tersebut saat aku mendekat, yang langsung aku kenali adalah lawan main Arif di sebuah adegan sinetron basi seminggu yang lalu.
Vira ini yang pertama menyalamiku, di hiasi senyum simpulnya, matanya telah berubah jadi hijau, harga softlens sekarang murah, pikirku ketika mata kami bertemu.
"Ronal." Ku ucapkan perkenalan tanpa disuruh. “Vira.” Balas ia singkat.
"Novi." Sosok dengan rambut dicat merah menyala dari samping Vira bergerak maju, lalu kusambut dengan gaya perkenalan yang masih sama.
Perempuan terakhir dengan gincunya yg merah menyala, paling berwajah dewasa di antara mereka bertiga memperkenalkan diri dengan nama Chika.
Dari pengakuan tentang nama yang mereka beri, aku ragu untuk percaya akan keoriginalitasnya.
Setelah sesi perkenalan mereka tampak saling senyum, entah apa artinya.
"Ayo masuk." Seru Arif mengajak kami.
Kami menunggu Chika untuk registrasi dengan duduk di ruang tunggu.
Sebuah bangunan yang sebenarnya ruko, cukup besar, memiliki tiga lantai, bercahaya lampu-lampu temaram namun tetap terang, karna ada lebih dari sepuluh bohlam dalam satu ruangan.
Nampak bapak-bapak yang kutaksir sudah memiliki anak usia SD keluar ruangan untuk membeli minuman di mini bar yg terdapat di samping tempat kami duduk, lalu kembali ke ruangan dengan dua botol minuman beralkohol dalam genggaman.
Di sini aku sudah mulai salah langkah dengan mengiyakan ajakan Arif. Sebuah gaya hidup yang selama ini aku tentang, namun malam ini aku disini bertindak sebagai tamu yang secara langsung ikut melanggengkan bisnis yg di katakan semi kharam.
Ketika tengah asik melamun, lenganku ditinju oleh Ricky dan Herman diikuti tawa mereka berdua.
"Pakai pelet apa ron?" Ledek Herman.
"Bagi-bagi dong," imbuh Ricky sambil merangkulku.
"Aku masih santri seperti yang dulu haha." Balasku menanggapi guyonan mereka yang kurang lucu.
"Sepertinya mereka menyukaimu, pilih salah satu lalu ajak tidur." Seloroh Herman membuatku terkejut.
Sebelum aku jawab dan bertanya kejelasan tentang pernyataanya, aku sudah di buat terheran-heran oleh Vira dan Novi, tanpa canggung keduanya sedang berada dalam rangkulan Arif, sebuah pemandangan yang asing buatku.
Seperti tidak diperbolehkan terheran-heran cukup lama, Chika memberi isyarat mengajak kami semua membuntutinya.
Kami melewati sebuah lorong minim penerangan, bilik-bilik bersekat, hanya lampu kerlip-kerlip sebagai sumber cahaya, anak tangga membawa kami menuju lantai dua. Bilik di sini lebih banyak dari pada di lantai dasar, dan sepertinya lantai paling atas juga sama.
Di lantai dua Chika membawa kami berjalan hingga ujung, lalu masuk ke sebuah ruangan 6x5.
Sofa model setengah lingkaran menyambut kami untuk duduk.
Chika menghidupkan Layar dan setting ini itu, setelah di rasa siap Ricky mengambil mikrofon dari tempatnya dan memilih lagu.
"Are you ready?" Teriak Ricky begitu norak menirukan gaya rock star, ia menggandeng Chika jadi penyanyi pembuka.
Malang sekali istri anaknya di rumah, batinku melihat Ricky berjoget merangkul pundak Chika.
Bagiku semuanya berjalan begitu lama, microfon berkeliling kepada siapa saja yang akan menggilirnya.
Mabuk-mabukan, dan beberapa obat terlarang di minum para pemandu yang kudengar sebagai doping mereka agar tetap kuat bertahan selama berjam-jam.
Tak terasa tiga jam aku berada di tengah pertunjukan omong kosong ini.
Hisapan rokok telah terasa hambar aku keluarkan dari mulutku.
Tak sekalipun aku berminat untuk ikut bernyanyi, alasan mencoba membaur dan berkumpul dengan semua teman dari berbagai golongan menjadi alasanku tetap bertahan.
Disaat suasana hatiku tengah dilanda dilema, ku lirik Vira yang tengah istirahat, beberapa saat kemudian ia tertangkap basah sedang memperhatikanku.
Dia tersipu malu ketika mata kami bertemu. Aku tetap cuek memainkan ponsel keluar masuk menu.
Namun tiba-tiba Vira berpindah merapat di sebelahku, lalu bertanya. "Nggak suka karaoke ya?"
“Iya, nggak suka dan nggak ada minat belajar untuk suka." Bisikku tegas kepadanya.
"Ngerokok di luar yuk!" Ajaknya menarik tanganku.
Sesampainya di luar ia langsung membuka obrolan, "Aku juga nggak suka, bisa karna terbiasa, dan biasa padahal ya terpaksa."
Aku diam tak tau arah pembicaraannya.
“Kamu menikmati pekerjaan ini?” Tanyaku.
"Enggak, kamu orang baik ngapain kesini?" Jidatnya nampak mengkerut.
"Jadi yang kesini nggak ada yang baik? Termasuk yang kerja disini?" Ku balik pertanyaannya.
"Semua juga sudah tau, bukan rahasia lagi bahwa pekerjaan kami di pandang tidak terpuji.” Ia tutup jawaban dengan injakan pada putung rokok mild yang baru habis dihisapnya.
"Aku selalu heran sekaligus tertarik sama orang sepertimu Ron, aku yakin pasti kamu tak tulus hati datang ke sini.” Ucapnya datar dengan tatapan kosong tanpa titik fokus.
“Aku yakin kamu orang baik saat pertama melihatmu melerai pertengkaranku dengan Arif seminggu yang lalu.”
“Aku juga pingin hidup di jalan lurus seperti kamu dan orang normal lainya.” Lanjutnya.
“Lalu kenapa kamu ada disini? Gimana ceritanya? Jujur aku adalah orang yang tak pernah bersinggungan dengan dunia malam, kenakalan ku sebatas mengonsumsi rokok dan pacaran.” Aku bicara begitu antusias ingin tahu terhadap jalan hidupnya.
“Tak banyak orang yang peduli bagaimana kisah kami.” Ia tersenyum kecut seakan ada beban hidup dan masa lalu yang gelap di balik sorot matanya.
Lalu ia mulai berkisah, sebuah kota perbatasan Jateng dan Jabar dari sanalah dirinya berasal.
Terlahir dari keluarga kurang berada, terpaksa membatasinya hanya menjadi lulusan SMP.
Usia muda dan minim pengalaman, membuatnya susah mendapat kerja.
Semenjak lulus sekolah ia sering berkumpul dengan anak-anak yang kurang perhatian dari orang tua di lingkungannya.
Di mulai dari pacaran yang tadinya sekedar bunga asmara bagi remaja seumurannya, ternyata adalah pintu gerbang untuk ia bersinggungan dengan pergaulan bebas, termasuk alkohol merk lokal dan obat-obatan medis murah yg disalahgunakan.
Dari lingkungan itu pula jika malam minggu tiba ada beberapa pria yang mengajaknya karaoke bersama di kotanya.
Karaoke, makan di luar, dan sedikit jalan-jalan berkeliling kota dirasa sangat menyenangkan bagi remaja seumuranya yang haus akan sesuatu yang baru, itu semua dianggap sebagai keberuntungan juga kesempatan.
Saking seringnya berkunjung, ia ditawari oleh seorang penjaga keamanan yang merangkap menjadi agen di tempat karaoke tersebut, untuk bekerja menjadi pemandu lagu, tentu saja dengan iming-iming upah besar.
Awalnya ia menolak keberatan, takut ketahuan orang tua menjadi alasan utama.
Namun seperti tanpa jalan buntu beberapa hari kemudian penawaran hadir kembali dengan sebuah alternatif, ia di tawari luar kota sebagai domisili ganda, tinggal juga kerja.
Setelah melewati proses pertimbangan dan dirasa menguntungkan, maka diiyakannya tawaran tersebut.
Kerja dan tinggal jauh dari orang tuanya, berpamitan dusta kerja sebagai PRT di ibu kota.


Malam itu aku pulang tanpa pamit kepada yang lainnya, tak ada yang berkesan kecuali kisah-kisah Vira dan teman-temanya yang ia bagikan.
Ia sempat meminta nomorku, ia berujar kapan-kapan ingin membagikan apa yang sebenarnya ia rasakan, dan aku dipilih karna dinilai sebagai orang yang tidak menghakiminya secara sepihak.
Dua bulan sejak kejadian itu kini aku telah bekerja di sebuah perusahaan provider ternama di kota ku. Suatu hari saat jam makan siang sebuah nomor tak dikenal muncul di layar hapeku, sedikit terkejut karna dia mengaku Vira sang pemandu lagu.
Setelah berbasa-basi tanya kabar ia bercerita bahwa bulan depan ia akan dipindahkan ke kota lain di ujung utara pulau jawa.
Ia menjelaskan di tempatnya kerja ia sudah tak begitu laku, para pengunjung lebih banyak memilih para penyanyi pendatang baru, dalam sistem dunia kerjanya pindah tempat adalah sebuah terobosan, status pemain lama di tempat yang baru menjadikannya sebagai barang baru yang masih laku.
Kapasitas yang aku miliki membuatku tak bisa berbuat banyak tentang keputusannya.
Aku hanya termenung dan berandai, jika saja aku adalah pembuat kebijakan, akan kubuat suatu undang-undang yang mengatur tentang tempat hiburan malam, begitu khayalku saat itu.
Aku sadar efek buruk dari hiburan ini tidak hanya berdampak pada individu-individu seorang, namun menyangkut banyak hal, khususnya sindikat penjual pekerja dibawah umur yang jelas illegal, sex bebas, tempat bertumbuhnya alkohol dan narkotika.
Dari kisah Vira awalnya aku menilai terseretnya dia ke dunia hiburan ini karna permasalahan ekonomi.
Namun setelah kupikir berulang kali, ternyata bukan itu penyebabnya.
Vira memang terlahir dari keluarga miskin yg terjebak ke dalam pusaran dunia gelap yang menawarkan kemewahan, namun itu tak bisa di jadikan suatu pembenaran.
Banyak orang-orang dari keluarga ekonomi menengah kebawah, hidup susah dan sengsara, namun mereka tetap memperjuangkan hidupnya di jalur yang terhormat walaupun harus bersusah payah dan berdarah-darah.
Yang dilakukan Vira dan teman-temannya disebabkan karena kurangnya pehamaman terhadap pendidikan moral agama, akhirnya tercipta mental lemah yang selalu menginginkan sesuatu dengan cara instan.
Peran perhatian orang tua juga sangat diperlukan, pergaulan yang cenderung diberi kebebasan secara berlebihan akan berakibat fatal.
Biarkan seorang anak berjalan sesuai keinginanya, namun tetap ada batas pengawasan, beri ia ruang namun juga tetap ajarkan mereka arti sebuah keluarga dan kepedulian, jika sesuatu yang buruk dan berat terjadi maka rumah dan orang tua adalah sebenar-benarnya tempat untuk berpulang, bukan pergi dan tersesat ke dalam perilaku yang tidak sepatutnya dilakukan.
Tak lama setelah obrolanku di telpon dengan Vira, aku melihat sebuah berita di sosial media tentang demonstrasi besar-besaran yang terjadi di kotaku yang di lakukan oleh sebuah ormas keagamaan. Mereka menuntut untuk menutup tempat hiburan karaoke, selain banyak yang tidak memiliki izin resmi karaoke juga dianggap sebagai penyakit moral yang berbahaya.
“Apa Vira sudah menyiapakan kepindahanya jauh hari sebelumnya dan bersandiwara tentang apa yang ia ceritakan kepada ku waktu itu?” Pikirku setelah melihat berita yang cukup heboh tersebut.
Entahlah, semoga saja aksi demo yang telah diamini oleh bapak bupati dengan ditutupnya tempat-tempat hiburan yang membawa berkah kepada semua lapisan masyarakat tersebut.
Untuk Vira dan semua orang yang bernasib sama dengannya, semoga Allah memberi rejeki yang berkah kepada mereka, tidak seperti yang saat ini mereka lakukan. Aku yakin dalam lubuk hati kalian pasti ada keinginan untuk kembali ke jalan yang benar. Doaku menyertai kalian.

DATANG PAS BUTUHNYA DOANG

Sedikit meluapkan tentang apa yg sudah lama saya resahkan. Menyoal relasi antara manusia dengan manusia Tentang realitas yang banyak terj...